Assalammualaikum...

Sadness, Happiness, and Love

Kamis, 13 Desember 2012

Rasamu Rasaku

   Tersentak kaget ketika seorang sahabat mengirimkan pesan singkat menanyakan penyakit apa yang sedang diderita oleh ayah saya. Saya yang sedang melaksanakan bimbingan dengan dosen, tersentak kaget dengan pesan tersebut karena saya tidak tau apa-apa tentang kesehatan beliau. Kemarin kami masih saling berkirim pesan singkat melalui ponsel. Ponsel saya pun bergetar tanda ada panggilan, dilayar ponsel tersebut tertulis 'Papa XL calling'. Bimbingan dengan dosen pun menjadi tidak fokus lagi. Saya berharap bimbingan tersebut cepat selesai dan saya bisa langsung menelfon ayah saya untuk menanyakan kabar kesehatannya.
     Saya yang semula tengah kelaparan karena belum makan dari pagi hingga pukul dua menunggu dosen tersebut, mendadak tidak merasakan lapar. Fokus saya hanya kepada kondisi kesehatan ayahanda tercinta. Akhirnya bimbingan pun selesai dan saya segera menelfon ayahanda tercinta. Terdengar suara dari seberang sana, suara yang selalu dirindukan, suara beliau terdengar baik-baik saja. Ayah bercerita bahwa beliau ingin ke dokter spesialis paru karena dadanya terasa sakit lagi. Rumah keluarga saya tidak terletak di pusat kota, harus menempuh 2 jam perjalan ke kota Padang sehingga beliau meminta saya mendaftarkan beliau di dokter spesialis tersebut. Setelah selesai menelfon ayah, saya membalas pesan singkat dari sahabat tersebut dan menanyakan darimana dia tau kabar bahwa ayah saya sedang sakit. Ternyata kakak saya menuliskan personal message tentang kesehatan ayah di ponsel blackberry miliknya.
      Sepanjang perjalan pulang dari kampus ke kosan, saya hanya bisa menahan tangis, membayangkan beliau kembali merasakan sakit di dadanya karena ada cairan di paru-parunya. Kali ini saya kembali merasakan sakit di jantung ini, sakit karena menahan sedih. Tak sanggup rasanya jika melihar orang tua yang kita sayangi merintih kesakitan akibat penyakit yang dideritanya. Pada bulan Februari lalu, ayah sempat bolak-balik dokter spesialis karena penyakit yang dideritanya, saya melihat beliau yang biasanya memiliki nafsu makan yang baik berubah menjadi tidak beselera makan. Beliau yang biasanya jarang mengeluh sakit, menjadi seperti anak kecil yang merintih kesakitan bahkan pernah meminta diakhiri saja sakitnya melalui kematian. Ayahanda tersayang berubah menjadi seperti anak kecil yang manja, yang selalu ingin diperhatikan. Alhamdulillah penyakitnya tidak begitu parah karena masih sedikit cairan yang ada di paru-paru beliau dan bisa diobati dengan minum obat tanpa harus sedot cairan di paru.
      Andai saja setelah kesembuhan pengobatan tersebut ayah mau benar-benar berhenti merokok dan mau mendengarkan nasehat kami supaya jangan  mengendarai motor di tengah hujan atau malam hari, mungkin penyakitnya ini tidak kemballi kambuh. Sekarang saya hanya bisa kembali berharap supaya ayah diberi kesembuhan dan mau mendengarkan nasehat dokter dan kami semua.
      Ternyata saya masih bisa merasakan sakit di jantung seperti kala itu, namun kali ini bukan karena sakit yang saya alami sendiri, tapi karena sakit yang dialami oleh orang yang paling saya sayangi, Ayahanda tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar