PERNIKAHAN. Kata yang mengandung makna kemuliaan.
Kata yang akan membawa sepasang makluk Allah menjadi orang yang benar-benar
merasa lengkap. Kata yang membuka lembar hidup baru bagi seseorang. Kata yang
menjadikan dua keluarga menjadi satu. Kata yang menghantarkan seorang wanita
akan mejadi seorang ibu, dan seorang pria menjadi ayah. Kata tersebut yang
selalu didambakan sepasang kekasih untuk bisa diwujudkan.
Namun, ternyata
kata tersebut bisa menimbulkan masalah, membuat otak menjadi bekerja dari
biasanya, menjadikan seseorang mengalami tingkat stress yang lebih tinggi,
memberikan kesempatan orang untuk bisa saling mendebat, menumbuhkan kekecewaan
terpendam, dan menjadikan kondisi finansial menjadi sedikit kacau ketika
MEMPERSIAPKAN PERNIKAHAN.
Oh betapa tidak
mengertinya saya ternyata mempersiapkan pernikahan itu sangat membutuhkan
begitu banyak persiapan, baik materil atau moril. Saya, bagian dari kekalutan
mempersiapkan pernikahan kakak sepupu saya yang akan menikah di bulan maret tahun
depan. Dua hari yang lalu saya ikut bersama kakak sepupu,tante, calon suami dan
orangtuanya pergi memilih pakaian adat untuk resepsi serta disain dekorasi
untuk gedung resepsi pernikahan. Proses tersebut lumayan membosankan dan membingungkan
karena masing-masing pihak saling menyerahkan keputusan. Mereka sama-sama tidak
berani mengambil pilihan dekorasi mana yang akan dipilih, baju mana yang akan
dipakai kelak pada resepsi. Pada
akhirnya orang yang mempunyai usaha pelaminan tersebutlah yang memberikan
sugesti terhadap pilihan mereka.
Pemilihan
dekorasi, pakaian adat untuk resepsi baru sebagian kecil dari persiapan untuk
acara pernikahan tersebut. Begitu banyak persiapan dan pertimbangan dalam
mempersiapkan acara pernikahan tersebut seperti pemilihan gedung, catering,
undangan, souvenir, baju seragam, panitia pelaksana di berbagai bidang, susunan acara dan lain
sebagainya. Ribet, sangat ribet. Saya tidak tau betapa stressnya para calon mempelai memikirkannya walau semuanya dibantu
oleh keluarga. Menurut saya, semakin banyak keluarga, ide semakin beraneka
ragam justru makin membingungkan. Dan pada akhirnya tetap kelurga inti kedua
mempelai yang akan menentukan.
Saya tidak pernah membayangkan bagaimana jika saya menikah kelak, apakah prosesnya akan serumit ini juga atau tidak. Bisa jadi semakin rumit jika banyak acara adat yang
dilaksanakan. Andai saja suatu pernikahan bisa dilaksanakan sesimpel mungkin,
namun biasanya justru karena pernikahan ini merupakan sesuatu yang bersejarah seumur
hidup maka sebisa mungkin dilaksanakan seberkesan mungkin dengan persiapan yang
maksimal.
Mengingat bahwa
kakak sepupu saya yang akan menikah ini berumur 1 tahun lebih tua dari saya,
membuat saya juga kelak ingin menikah muda seperti dia. Rasanya terkadang tidak
rela masa bermain kami tidak akan sebebas sekarang jika kelak dia mempunyai
suami. Namun, rasa itu cepat ditepis karena kelak seorang wanita memang akan
menjadi seorang istri dan saya harus berbahagia karena dia akan menyempurnakan
agamanya. Semoga pernikahan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan kelak
saya juga mendapatkan Pangeran Surga saya. Aamiin J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar