Assalammualaikum...

Sadness, Happiness, and Love

Rabu, 09 Mei 2012

Sesak

        Aku lelah dengan semua ini,ingin berhenti sejenak. Ayah, ibu maafkan aku yang telah lalai. Kenapa urusan ini begitu sulit dan membuatku hampir menyerah. Disaat butuh dia tempat aku mencurahkan keluh kesah dengan urusan skripsi ini, dia malah tidak ada disampingku. Aku tak mampu memendamnya sendiri. Ingin sekali melupakan sejenak namun aku harus terus maju  dan tak boleh ketinggalan. Aku berharap dia mendampingiku saat ini dan membakarku dengan semangat perjuangan, namun dia tidak ada.
      Masa-masa tersulit selama hidupku  sedang menghampiri namun tak ada kawan berbagi. Tak ada yang mengerti dengan beban ini. Aku hanya bisa pasrah kepada sang Kuasa yang menguatkan jiwa. Walau aku tak boleh bergantung pada sosok manusia lainnya, namun aku tetap merasa membutuhkan sosok itu. Dirinya yang biasanya bisa menenangkan dan mendengarkan keluh kesahku sekarang malah terasa berbalik mengabaikanku.  Entah sampai kapan masalah mengenai percintaan juga selalu datang di saat aku menghadapi kegalauan masalahku sendiri. Apa tidak bisa masalah  percintaan ini mengambil antrian setelah masalah hidupku selesai. Apakah benar prince charmingku telah berubah atau aku saja yang merasa dia berubah? aku tak tahu. Tak adakah yang mengerti sesaknya masalah datang bertubi-tubi sehingga membuat airmata ini dengan leluasa membasahi pipi ini.
        Untukmu my prince charming, aku harap engkau cepat tersadar bahwa aku membutuhkanmu.

Jumat, 04 Mei 2012

Memori 'December In Love'

                Pasca kunjungan rombongan Aceh ke kampusku, gosip yang beredar ada dua orang yang terlibat cinta lokasi yaitu Dessy dengan Aden dan aku dengan Akbar. Aku kesal sekali dengan kabar burung itu karena memang aku dengan Akbar hanya sekedar foto berdua saat itu dan kami tidak pernah komunikasi selanjutnya. Aku tak tau apakah aku cemburu atau sekedar jengkel karena Dessy dan Aden terlihat begitu dekat dan mesra di komen-komen fb padahal Aden sempat mengatakan suka padaku dan dia sering menelfonku atau sms. Awalnya Aden itu terlihat minus di mataku karena mendekati lebih dari 1 wanita.
               Awalnya aku tak pernah menyangka bahwa aku akan menerima cintanya. Dia, Aden, pemuda dari universitas di Aceh yang datang berkunjung ke kampusku lalu secara perlahan mencuri perhatianku. Dia yang sama sekali tidak memiliki asal usul dari bumi Minang, tidak memiliki saudara yang tinggal di Padang atau apapun yang berkaitan dengan Padang. Tapi, dia meyakinkan aku bahwa dia tulus menyayangiku dan tidak mau melepaskan diriku. Masalah kedekatan dia dengan teman kampusku Dessy itu sudah dia jelaskan bahwa dia hanya mencoba mengenal Dessy tapi tidak menyukainya. Komunikasi diantara mereka tidak berjalan begitu lama karena hatinya tidak memilih Dessy. Hatinya memilihku dan begitu kuat meyakinkan aku bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mengunjungiku ke Padang itu bukanlah hal yang begitu sulit baginya asal ada kemauan dan usaha yang kuat. Awalnya dia memang menyayangkan aku tinggal begitu jauh dari tempat tinggalnya namun setelah berkomunikasi sekian lama dan menjalani kedekatan yang makin menguatkan perasaannya, diapun yakin kita bisa bersama. Aku yang tak pernah berpikir terlalu jauh dan masih tergolong santai hanya tak mau menjalani hubungan dengan orang yang tidak aku sayang. Aku yang semula tak yakin menyayanginya karena merasa dia bukan orang yang tepat dan aku tidak percaya padanya malah berbalik menyanyanginya dan tidak mau kehilangannya.
             Dunia maya seolah menjadi juru bicara bahwa sebenarnya selama ini telah terjadi sesuatu yang tidak pernah siapapun menyadarinya diantara aku dan Andy Soetrisno ( Aden) . Siang itu, tanggal 12 Desembar 2010 pukul jam 12.00 wib kami resmi jadian setelah menjalani sekitar 6 bulan masa pendekatan yang sering macet, hilang timbul bagai sinyal hp. Kami tidak langsung mempublikasikan bahwa kami telah berpacaran melalui ganti status yang menyebutkan Meda Rahmanissa berpacaran dengan Aden Andy Soetrisno. Kami hanya saling mengganti status lajang menjadi berpacaran di masing-masing status fb kami. Namun, hari itu banyak yang menyadari hal itu karena kesamaan pergantian status kami. Kebanyakan teman kampusku juga teman kampus dia begitu juga sebaliknya. Hari itu  hari bersejarah bagiku karena setelah sekitar 4 tahun lebih aku tidak memiliki kekasih hati.
          November Rain ku berganti dengan December In Love :)
to be continued....

Memori Akbar

          Hari itu tanggal 4 Juni 2010, aku bersama para anggota HIMA yang baru akan mengadakan up grading pengurus HIMA. Terjadi kondisi yang dilematis pada kami para anggota HIMA karena seharusnya panitia StuBand yang kebanyakan juga anggota HIMA akan pergi jalan-jalan ke kota wisata di Sumbar, Bukittinggi. Namun, karena persiapan up grading juga telah dipersiapkan jauh sebelum rencana kunjungan rombongan dari Aceh, maka acara inipun tak bisa diundur. 
         Pagi itu, para anggota HIMA yang baru melaksanakan kegiatan up grading dalam ruangan, siangnya baru melaksanakan up grading di luar ruangan. Sesuai kesepakatan plan B, panitia StuBand yang tidak menjadi anggota HIMA akan menemankan rombongan dari Aceh jalan-jalan ke Bukittinggi. Aku, merasa sedih dan kecewa karena tidak dapat ikut dalam kegiatan jalan-jalan tersebut. Bukan karena aku jarang jalan-jalan ke Bukittinggi,tapi karena aku akan melewatkan momen yang akan mendekatkan aku dengan teman-teman dari Aceh apalagi setelah kemarin aku berkenalan dengan pemuda bernama Aden yang akunya menyukaiku dan kami lumayan bercerita langsung maupun ditelfon. Perkenalan singkat semalam namun cukup dalam dan menyentuh.
        Ketika siang itu aku kembali lagi ke kampus karena harus berganti kostum untuk melaksanakan outbond, aku kaget melihat sebagian teman-teman dari Aceh ada di kampusku dan mereka menyeret-nyeret koper. Setelah mencari tahu, ternyata mereka langsung pulang ke Aceh siang itu juga. Aku kaget dan merasa sedih karena rencananya malamnya kami akan melaksanakan malam perpisahan dan acara keakraban. Seperti ada yang akan hilang. Aku yang kala itu merasa kesehatanku kurang fit, datang ke kampus dengan pakaian yang bisa dibilang lumayan merusak pemandangan. Memakai celana training coklat, baju abu-abu, bergo (jilbab sorong) putih hijau yang sudah lusuh. Penampilanku benar-benar tidak se-prima penampilan hari-hari sebelumnya.
        Aku bertegur sapa dengan orang-orang yang aku temui. Melakukan salam perpisahan dengan teman-teman dari Aceh. Lemas. Aku mencari sosok yang tadi malam duduk berdua bersamaku. Ketika aku bertemu dengannya, kami seperti orang yang tak pernah berkenalan. Dia hanya menatapku tajam yang aku tak paham akan tatapan matanya. Yang aku tahu, aku sedih kala itu. Aku tak suka perpisahan ini. Aku baru mengenalnya dan hati nurani ingin lebih banyak lagi berkenalan dengannya, Aden.
        Ketika kami sudah sibuk bersalam-salaman dan berfoto-foto, ada kejadian yang membuat heboh rombongan mahasiswa Aceh dan Padang. Pemuda Aceh yang bernama Muhajir Akbar, dengan spontan meminta berfoto berdua denganku di tengah keramaian itu. Aku yang tidak ingin menjadi orang sombong langsung mengiyakan permintaannya, toh aku pikir tidak akan juga  yang menyadari kami berfoto berdua. Ternyata ketika aku mengambil posisi berfoto berdua dengannya, semua orang menyadarinya dan menyorakkan kami berdua. Aku malu, langsung ku cari wajah Aden ingin melihat reaksinya tentang kejadian ini. Ternyata, Aden hanya menatapku sekilas dan aku ingin skali membaca pikirannya saat itu.
            Setelah rombongan Aceh pergi, akupun bersama rombongan kampus juga pergi ke lokasi outbond. Ketika itu aku duduk bersama Caca,teman satu departemen organisasi Hima. Beberapa saat setelah keberangkatan, hp ku berbunyi dan di hp itu tertulis 'Aceh' calling. Ya, itu nama Aden yang aku tulis di hpku.  Aku kaget kenapa dia menelfon lagi setelah dia seolah bersikap tidak mengenalku tadi padahal semalam kami duduk berdua dan berkenalan lalu telfonan. Aku mengangkat telfon itu dan berbicara sebentar dengannya. Dia berpamitan padaku dan menanyakan kabarku sepertinya dia tahu aku sedang tidak enak badan karena wajahku sangat merah dan aku terlihat begitu lemas. Karena mobil rombonganku dan rombongannya begitu berisik,akhirnya kami sepakat untuk mematikan telfon saja.
            Caca yang sempat melihat nama yang menelfon tertulis 'Aceh', dia langsung menggodaku dan menyebaruaskan ke seluruh orang yang ada di mobil bahwa anak Aceh yang tadi berfoto bersamaku, menelfonku. Dan gosippun menyebar ada sesuatu antara aku dan Akbar, tanpa ada yang tahu bahwa sebenarnya dengan Aden-lah terjadi sesuatu antara kami.

Rabu, 02 Mei 2012

Memori Kura-Kura

     Aku, salah satu mahasiswa fakultas kedokteran jurusan ilmu kesehatan masyarakat yang sekarang sedang tengah sibuk menyelesaikan skripsi demi mendapatkan sebuah gelar, S.KM. Kisah ini ku tulis karena aku takut terlupa tentang kisah ini walau aku yakin tak kan pernah melupakan kisah ini.
        Kisah ini bermula ketika salah satu universitas swasta di kota Banda aceh melakukan Studi Banding ke kampusku, salah satu universitas negeri di kota Padang. Kunjungan sekitar dua puluhan orang mahasiswa ini cukup membuat organisasi himpunan mahasiswa di  kampusku sibuk mempersiapkan segala sesuatunya,termasuk aku. Aku dalam seleksi panitia StuBand (Studi Banding) terpilih menjadi panitia bidang akomodasi.
       Hari itu, tanggal 2 Juni 2010 rombongan mahasiswa dari Aceh datang sekitar pukul 17.00 wib. Mereka datang disambut oleh ketua Hima dan para anggota lainnya di Bandara Internasional Minangkabau. Aku, tidak ikut menyambut kedatangan mereka di Bandara karena aku tengah sibuk mempersiapkan penginapan untuk rombongan putri yaitu di rumah salah satu anggota hima, Wilda namanya. Setelah rombongan diajak keliling,shalat magrib dan makan malam di luar, mereka mengantarkan para anggota putri ke rumah Wilda. Pertemuan pertama dengan rombongan itu terasa mendebarkan karena untuk pertama kalinya kedatangan tamu yang lumayan banyak dan kampusku sebagai tuan rumah.
    Hari kedua, tanggal 3 Juni 2010 merupakan hari pertama sekaligus pembukaan kegiatan pertukaran budaya Aceh-Padang. Kegiatan ini berlangsung di Aula Unand di Kampus Fakultas Ekonomi. Disanalah kami saling berkenalan. Aku bukan orang yang gampang mengingat nama orang. Sekian banyak orang yang mengajak kenalan aku sering lupa namanya karena hanya berkenalan sekilas dan begitu banyak kenalan sekilas dalam sehari. Hari itu, aku memakai baju kemeja polos berwarna merah dengan setelan rok kotak-kotak merah pink, memakai jilbab berwarna merah hati dan sepatu lukis  berwarna pink. Aku tidak ingin terlihat biasa atau tidak rapi karena itu aku berpenampilan sebaik mungkin. 
      Siang itu, aku duduk di belakang seorang pemuda dari kampus pengunjung. Pria itu terkadang melirik ke belakang dan tersenyum. Aku duduk di samping teman kampus pemuda itu. Ketika pengisian daftar hadir, pemuda itu memberikan kertas daftar hadir tersebut padaku, namun dia hanya  memberikan kertasnya saja. Aku yang ketika itu tidak membawa pena meminjam pena kepada pemuda itu dengan penuh sopan santun. Aku kali ini mengingat wajah pemuda itu tapi tak yakin siapa namanya. Ketika acara bebas pengisi waktu luang antar acara yang satu dan yang lainnya, perwakilan mahasiswa tiap kampus menunjukkan bakat masing-masing. Dari kampusku di wakili oleh Feby dengan menyanyikan lagu Minangkabau dan dari kampus pengunjung teman-temannya menyorakkan nama "Aden" . Aku bingung siapa yang dimaksud, semua mata tertuju dengan sosok yang diteriakkan namanya itu. Aden, nama yang unik. Di Padang, kata Aden itu berarti Saya. Setelah teman-temannya menyorakkan nama Aden, naiklah seorang pemuda yang tak asing wajahnya olehku. Dia, pemuda yang tadi aku pinjam pena padanya. Pemuda itu menyanyikan lagu Nineball yang berjudul Hingga Akhir Waktu. Aku tertegun melihatnya menyanyi, bukan karena dia menyanyikan dengan bagus menurutku tapi dia menyanyikan dengan begitu banyak improvisasi. Kuakui suaranya bagus, namun menyanyi dengan begitu banyak improvisasi membuatku jengkel padanya. Aku sadar terkadang mata kami saling beradu tatapan namun aku jengkel padanya.
      Hari ketiga, tanggal 4 Juni 2010 penuh dengan berbagai kegiatan. Siang itu acara keakraban di lapangan olahraga. Para mahasiswa antar kampus saling menunjukkan bakatnya di bidang keolahragaan. Seru sekali waktu itu, aku menjadi ahli fotografi karena salah satu temanku menitipkan kameranya padaku. Sibuk sekali siang itu dan menyenangkan menjadi lebih akrab dengan teman-teman dari tanah rencong. Ketika sibuk memfoto olahraga di bidang tenis meja dan bulu tangkis, aku merasa sadar diperhatikan oleh seseorang. Pemuda yang sering mencuri pandang padaku dan sepertinya siap mencuri hatiku.
      Malamnya merupakan malam seni dan penampilan bakat. Aku datang  sedikit terlambat  karena sorenya aku  pergi menjemput ayahku ke bandara bersama ibu, kakak dan adikku. Pulang dari sana aku bergegas untuk pergi ke Aula tempat kegiatan kampusku berlangsung. Begitu banyak penampilan bakat seni di sana. Aku tidak termasuk dalam para penampil itu, aku hanya penonton saja, begitu juga dia,pemuda yang sering mencuri pandang terhadapku. 
  Ketika acara bebas, aku hendak duduk disamping adik kelasku yang tengah mempertunjukkan kemampuan sulapnya. Nama adik kelasku itu Qobus. Aku lumayan dekat dengan adik kelasku itu dan sering cerita-cerita. Ketika ada acara StuBand ini, jika aku berpapasan dengan dengan Qobus sering dia mengatakan sesuatu yang aneh-aneh seperti "Kak,ada yang suka sama kakak", "Kak, dibilang cantik sama anak Aceh". Ketika aku mau duduk disana, Qobus menyuruh aku duduk disamping pemuda yang sering mencuri pandang itu.  Sikap Qobus itu terlihat seolah dia hendak mendekatkan aku dengan pemuda itu. Akhirnya aku memang hanya tinggal duduk berdua dengan pemuda itu. Kami duduk berdua dan saling berkenalan secara resmi. Nama pemuda itu Aden. Ya, dia pemuda yang pernah meminjamkan pena kepadaku, membuatku jengkel karena terlalu banyak menginprovisasi lagu, mencuri pandang padaku dan membuat kami sering beradu tatapan mata.
    Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan duduk berdua dengannya. Saling berkenalan lebih lanjut seperti menanyakan asal, tanggal lahir, dan lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu. Namun ada hal menarik dalam perkenalan singkat itu. Aku menangkap bahwa sosok Aden itu orang yang blak-blakan, jujur dan tidak jaim. Dia secara spontan mengatakan aku seperti kura-kura karena aku suka menyembunyikan kakiku di balik dress yang aku pakai. Lalu, dia juga secara terang-terangan mengatakan suka padaku. Benar-benar pemuda yang unik sekaligus aneh.
   Ketika acara selesai,aku bersama rombongan menunggu di depan gerbang aula tersebut. Tak lama kemudian, hp ku berbunyi dan suara seorang pria menyapa di seberang sana. Ternyata  yang menelfon adalah Aden padahal dia ada di seberangku, hanya beberapa meter dariku. Sungguh lucu tingkah pemuda ini,blak-blakan menyatakan cinta padaku,menelfonku padahal kita di tempat yang sama dan mengatakan aku seperti kura-kura. Tidak ada seorang temanpun yang menyadari bahwa telah terjadi kejadian unik aku dan Aden di malam itu. Hanya aku dan dia yang tau, dan sepertinya Qobus tau aden menyukaiku. Malam itu perkenalan singkatku yang unik dengan Aden.
to be continued...............

Selasa, 01 Mei 2012

Tersadar Karena Lupa


Aku tak pernah sadar betapa sakit dan menderitanya jika kehilangan sosok orang yang benar-benar aku sayangi. Aku terlupa jika kehilangan dirinya akan membuatku menderita. Aku melupakan rasa sakit yang akan aku alami jika dia tidak lagi ada  bersamaku.
Waktu itu, di penghujung bulan april aku memintanya untuk tidak lagi menjadi kekasih hatiku. Aku rela  melepasnya bersama dengan yang lain dan aku melepaskan diri dari jerat kesedihan yang aku alami selama bersamanya. Aku merasa terlalu egois, melepasnya hanya karena tindakannya yang kurang aku suka dan membuatku sedih padahal  dia sedang dalam banyak masalah. Karena kebodohanku ini aku nyaris kehilangannya. Dia yang tak pernah menyerah dan tak mau melepasku berusaha meyakinkan keputusan yang aku ambil ini adalah salah. Mendiamkan masalah ini semalam, membuatku tidak tidur dan menangis memikirkan jika dia benar-benar menghilang dan memutuskan komunikasi diantara kami jika aku melepasnya. Aku tidak menginginkan hal itu. Aku tetap masih ingin berkomunikasi dengannya walau dia tak lagi jadi kekasih hatiku. Tapi dia mengatakan bahwa aku terlalu jahat dan menyiksa batinnya jika melepasnya namun masih berusaha  mengingatkan semua tentangku padanya.
Lupa. Bagaimana cara melupakannya. Aku baru sadar ternyata aku tak bisa melupakannya. Sehari saja kami memutus hubungan, membuatku sangat tersiksa dan sakit. Aku berusaha menghubunginya. aku rindu padanya, ternyata aku tak bisa kehilangannya. Lupa. aku tak bisa melupakan kenangan indah kami walau menjalani hubungan jarak jauh dan baru bertemu tiga kali,namun begitu  banyak kenangan yang telah kami buat. Lupa. Aku lupa bahwa rasa sedih yang aku rasakan ketika dia marah padaku akan berganti dengan rasa sakit yang menyiksa jika aku aku memutuskan untuk meninggalkannya hanya karena tidak mau sedih karena dimarahinya. Lupa. Aku melupakan ikrarku untuk tidak meninggalkannnya di saat dia dalam masa krisis seperti ini.
Ternyata aku masih gadis kecil ayahku yang masih labil dan ceroboh dalam bertindak. Aku nyaris kehilangannya,sosok pria yang aku cintai. Untunglah aku cepat tersadar bahwa keputusanku ini salah, dan dia tidak pernah meninggalkan aku dan menganggapku tetap sebagai kekasih hatinya. I LOVE HIM :)