Aku, salah satu mahasiswa fakultas kedokteran jurusan ilmu kesehatan masyarakat yang sekarang sedang tengah sibuk menyelesaikan skripsi demi mendapatkan sebuah gelar, S.KM. Kisah ini ku tulis karena aku takut terlupa tentang kisah ini walau aku yakin tak kan pernah melupakan kisah ini.
Kisah ini bermula ketika salah satu universitas swasta di kota Banda aceh melakukan Studi Banding ke kampusku, salah satu universitas negeri di kota Padang. Kunjungan sekitar dua puluhan orang mahasiswa ini cukup membuat organisasi himpunan mahasiswa di kampusku sibuk mempersiapkan segala sesuatunya,termasuk aku. Aku dalam seleksi panitia StuBand (Studi Banding) terpilih menjadi panitia bidang akomodasi.
Hari itu, tanggal 2 Juni 2010 rombongan mahasiswa dari Aceh datang sekitar pukul 17.00 wib. Mereka datang disambut oleh ketua Hima dan para anggota lainnya di Bandara Internasional Minangkabau. Aku, tidak ikut menyambut kedatangan mereka di Bandara karena aku tengah sibuk mempersiapkan penginapan untuk rombongan putri yaitu di rumah salah satu anggota hima, Wilda namanya. Setelah rombongan diajak keliling,shalat magrib dan makan malam di luar, mereka mengantarkan para anggota putri ke rumah Wilda. Pertemuan pertama dengan rombongan itu terasa mendebarkan karena untuk pertama kalinya kedatangan tamu yang lumayan banyak dan kampusku sebagai tuan rumah.
Hari kedua, tanggal 3 Juni 2010 merupakan hari pertama sekaligus pembukaan kegiatan pertukaran budaya Aceh-Padang. Kegiatan ini berlangsung di Aula Unand di Kampus Fakultas Ekonomi. Disanalah kami saling berkenalan. Aku bukan orang yang gampang mengingat nama orang. Sekian banyak orang yang mengajak kenalan aku sering lupa namanya karena hanya berkenalan sekilas dan begitu banyak kenalan sekilas dalam sehari. Hari itu, aku memakai baju kemeja polos berwarna merah dengan setelan rok kotak-kotak merah pink, memakai jilbab berwarna merah hati dan sepatu lukis berwarna pink. Aku tidak ingin terlihat biasa atau tidak rapi karena itu aku berpenampilan sebaik mungkin.
Siang itu, aku duduk di belakang seorang pemuda dari kampus pengunjung. Pria itu terkadang melirik ke belakang dan tersenyum. Aku duduk di samping teman kampus pemuda itu. Ketika pengisian daftar hadir, pemuda itu memberikan kertas daftar hadir tersebut padaku, namun dia hanya memberikan kertasnya saja. Aku yang ketika itu tidak membawa pena meminjam pena kepada pemuda itu dengan penuh sopan santun. Aku kali ini mengingat wajah pemuda itu tapi tak yakin siapa namanya. Ketika acara bebas pengisi waktu luang antar acara yang satu dan yang lainnya, perwakilan mahasiswa tiap kampus menunjukkan bakat masing-masing. Dari kampusku di wakili oleh Feby dengan menyanyikan lagu Minangkabau dan dari kampus pengunjung teman-temannya menyorakkan nama "Aden" . Aku bingung siapa yang dimaksud, semua mata tertuju dengan sosok yang diteriakkan namanya itu. Aden, nama yang unik. Di Padang, kata Aden itu berarti Saya. Setelah teman-temannya menyorakkan nama Aden, naiklah seorang pemuda yang tak asing wajahnya olehku. Dia, pemuda yang tadi aku pinjam pena padanya. Pemuda itu menyanyikan lagu Nineball yang berjudul Hingga Akhir Waktu. Aku tertegun melihatnya menyanyi, bukan karena dia menyanyikan dengan bagus menurutku tapi dia menyanyikan dengan begitu banyak improvisasi. Kuakui suaranya bagus, namun menyanyi dengan begitu banyak improvisasi membuatku jengkel padanya. Aku sadar terkadang mata kami saling beradu tatapan namun aku jengkel padanya.
Hari ketiga, tanggal 4 Juni 2010 penuh dengan berbagai kegiatan. Siang itu acara keakraban di lapangan olahraga. Para mahasiswa antar kampus saling menunjukkan bakatnya di bidang keolahragaan. Seru sekali waktu itu, aku menjadi ahli fotografi karena salah satu temanku menitipkan kameranya padaku. Sibuk sekali siang itu dan menyenangkan menjadi lebih akrab dengan teman-teman dari tanah rencong. Ketika sibuk memfoto olahraga di bidang tenis meja dan bulu tangkis, aku merasa sadar diperhatikan oleh seseorang. Pemuda yang sering mencuri pandang padaku dan sepertinya siap mencuri hatiku.
Malamnya merupakan malam seni dan penampilan bakat. Aku datang sedikit terlambat karena sorenya aku pergi menjemput ayahku ke bandara bersama ibu, kakak dan adikku. Pulang dari sana aku bergegas untuk pergi ke Aula tempat kegiatan kampusku berlangsung. Begitu banyak penampilan bakat seni di sana. Aku tidak termasuk dalam para penampil itu, aku hanya penonton saja, begitu juga dia,pemuda yang sering mencuri pandang terhadapku.
Ketika acara bebas, aku hendak duduk disamping adik kelasku yang tengah mempertunjukkan kemampuan sulapnya. Nama adik kelasku itu Qobus. Aku lumayan dekat dengan adik kelasku itu dan sering cerita-cerita. Ketika ada acara StuBand ini, jika aku berpapasan dengan dengan Qobus sering dia mengatakan sesuatu yang aneh-aneh seperti "Kak,ada yang suka sama kakak", "Kak, dibilang cantik sama anak Aceh". Ketika aku mau duduk disana, Qobus menyuruh aku duduk disamping pemuda yang sering mencuri pandang itu. Sikap Qobus itu terlihat seolah dia hendak mendekatkan aku dengan pemuda itu. Akhirnya aku memang hanya tinggal duduk berdua dengan pemuda itu. Kami duduk berdua dan saling berkenalan secara resmi. Nama pemuda itu Aden. Ya, dia pemuda yang pernah meminjamkan pena kepadaku, membuatku jengkel karena terlalu banyak menginprovisasi lagu, mencuri pandang padaku dan membuat kami sering beradu tatapan mata.
Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan duduk berdua dengannya. Saling berkenalan lebih lanjut seperti menanyakan asal, tanggal lahir, dan lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu. Namun ada hal menarik dalam perkenalan singkat itu. Aku menangkap bahwa sosok Aden itu orang yang blak-blakan, jujur dan tidak jaim. Dia secara spontan mengatakan aku seperti kura-kura karena aku suka menyembunyikan kakiku di balik dress yang aku pakai. Lalu, dia juga secara terang-terangan mengatakan suka padaku. Benar-benar pemuda yang unik sekaligus aneh.
Ketika acara selesai,aku bersama rombongan menunggu di depan gerbang aula tersebut. Tak lama kemudian, hp ku berbunyi dan suara seorang pria menyapa di seberang sana. Ternyata yang menelfon adalah Aden padahal dia ada di seberangku, hanya beberapa meter dariku. Sungguh lucu tingkah pemuda ini,blak-blakan menyatakan cinta padaku,menelfonku padahal kita di tempat yang sama dan mengatakan aku seperti kura-kura. Tidak ada seorang temanpun yang menyadari bahwa telah terjadi kejadian unik aku dan Aden di malam itu. Hanya aku dan dia yang tau, dan sepertinya Qobus tau aden menyukaiku. Malam itu perkenalan singkatku yang unik dengan Aden.
to be continued...............