Assalammualaikum...

Sadness, Happiness, and Love

Senin, 18 November 2013

Berdendang Tentang Cinta


Allahu Rabbi....
Aku minta izin bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta-Mu berkurang
hingga membuatku lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi....
Aku punya pinta bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi....
Izinkan suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan hatiku seorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuat semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi....
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Pertemukanlah kami dan berikanlah kami kesempatan untuk lebih mencintai-Mu

Allahu Rabbi.... Pintaku terakhir
Seandainya aku jatuh cinta jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu yang tak pernah pupus oleh waktu
  

Rangkaian kata ini begitu indah. Saya memilih mendokumentasikannya dalam blog ini karena saya tidak pernah melihat tulisan seperti ini sebelumnya tercantum dalam sebuah undangan pernikahan J

Minggu, 17 November 2013

Jawaban Prasangka Baik

Entah bagaimana menceritakan segalanya, belakangan ini saya banyak mengalami hal-hal yang memberi  pelajaran yang berarti. Arti keikhlasan, kesabaran, dan rencana indah Sang Penguasa terhadap saya. Jika mengingat semua itu, senyum pun kembali merekah.
      Pada bulan April, saya gagal dalam seleksi untuk menjadi enumerator Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Kabupaten tempat saya tinggal. Saya kala itu optimis lulus dalam seleksi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan . Namun hasilnya berkata lain, saya tidak termasuk menjadi salah satu dari 20  enumerator yang terpilih. Kecewa pastinya karena saya yakin dengan kemampuan dan pengalaman yang saya peroleh di kampus .
         Kekecewaan itu sempat bernaung seharian di hati saya. Tapi setelahnya, saya ingat kembali kajian yang pernah diajarkan oleh mentor saya ketika kuliah. Berbaik sangka kepada Allah. Ketika ditanya hasil seleksi oleh keluarga, saya menjawab seadanya. Mereka memahami saya dan berusaha untuk tidak membuat saya tambah kecewa. Nenek saya tercinta pun tahu dengan proses seleksi tersebut, ketika saya gagal dengan seleksi itu, saya malah bisa sok bijak berkata kepada beliau “ Mungkin ini bukan terbaik untuk Meda, Buk. Fisik Meda lemah, jadi Allah sedang menjaga Meda”. Ketika ditanya tante yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi, saya berkata “saya ikhlas”. Dengan kalimat demikian nenek dan tante memahami dan malah semakin membesarkan hati saya. Saya selalu bersyukur punya keluarga besar yang begitu perhatian dan pengertian terhadap saya.
       Sekitar 3 minggu setelah pengumuman hasil seleksi enumerator tersebut, saya mendapat telfon dari Dinas Kesehatan Provinsi tempat saya magang ketika kuliah untuk diminta menjadi Panitia TC ( Training Center) enumerator riskesdas 2013. Kaget, bahkan tidak percaya. Saya tidak menyangka akan berhubungan lagi dengan hal-hal mengenai Riskesdas ini.  Dengan segera saya langsung pergi ke lokasi TC yaitu di ibukota Provinsi,yang jika dari rumah tempat saya tinggal butuh waktu 2 jam perjalanan darat. Alhamdulillah saya berhasil datang di lokasi tepat waktu sebelum acara pembukaan .
          Di sinilah kisah di mulai 
         Pada hari pertama, saya mulai berkenalan dengan orang-orang dari Kementrian Kesehatan. Sebagian ada dari Jakarta, yaitu Bu Diana, Mas Amal. Ada juga orang-orang dari Kementrian Kesehatan Pusat Humaniora yang terletak di Surabaya, yaitu Bu Lestari,  Pak Syamsul, Mas Indra dan para PJT yang kebanyakan dari mereka adalah dokter-dokter yang baru menyelesaikan internshipnya. Mereka adalah Mas Miftah, Mbak Ila, Mas Diaz, Mbak Uswa, Mas Arie, Mbak Nadia, Mas Reza, Mbak Rara, Mas Wasis, Mbak Elvi, Mas Andra, Mbak Siska, Mas Andri, Mbak Sinta, Mbak Galih, Pak Dewo, Bu Ris dan Pak Pon.
         Perkenalan dengan sebagian besar orang Surabaya ini terasa menyenangkan. Awalnya sebagian besar mereka terkesan kaku dan tidak mungkin bagi saya akan berteman akrab dengan mereka. Ternyata tidak, mereka menyenangkan dan bahkan bisa melakukan hal-hal konyol ketika bercanda. Semakin manarik ketika mendengar mereka berbicara dengan logatnya yang unik, medok.  Saat makan adalah waktu yang tepat bagi kami untuk saling mengenal mereka melalui obrolan-obrolan ringan.
        Saya merasa beruntung dan disayang oleh orang-orang yang baru saya kenal ini. Dengan pertimbangan saya dari luar kota, Bu diana dengan kebaikan hatinya mengajak saya untuk menginap di hotel tempat TC tersebut dan menjadikan saya saya satu-satunya panitia dari dinas kesehatan provinsi yang  menginap di hotel yang sama dengan orang-orang Kemenkes, PJT, dan Enumerator . Setelah saya pertimbangkan masukan beberapa teman sesama Panitia Provinsi,saya menerima tawaran beliau supaya tidak bolak-balik hotel ke rumah tante. Kedekatan antara saya dan beberapa PJT pun mulai terjalin. Saya terkadang menemani mereka pergi ke loundry, membeli sesuatu dll. Masa-masa ini sangat menyenangkan menurut saya,karena berkenalan dengan orang-orang baru dan beda umur saya dengan para PJT ini rata-rata hanya beda 2 tahun.
        Dalam melaksanakan tugas, tidak ada satupun diantara orang-orang Kemenkes, panitia provinsi, dan para PJT yang mengusik ketentraman hati saya justru enumeratorlah yang sempat mengusik perasaan saya, padahal mereka adalah orang-orang dari Kabupaten tempat saya berdomisili. Sedangkan walau saya sering menjadi bahan lelucon para PJT saat berkumpul jam makan, saya terima saja itu jadi guyon mereka sebagai bentuk untuk mengakrabkan diri. Mereka begitu baik dan banyak yang perhatian terhadap saya. Saya ingat ketika sakit maag saya kambuh, beberapa diantara mereka begitu perhatian terhadap sakit saya. Bahkan, ada salah seorang PJT yang  rela pergi keluar hotel khusus membelikan obat untuk saya.
        Setelah saya renungi, inilah maksud rencana indah Allah. Dia tidak meluluskan saya dalam seleksi untuk menjadi enumerator karena Dia merencanakan hal indah lainnya untuk saya. Saya dipersiapkan untuk menjadi panitia TC dan diberi kesempatan berkenalan lebih dekat dengan semua PJT setiap Kabupaten. Jika saya menjadi enumerator, saya tidak akan punya kesempatan berkenalan secara langsung apalagi bercengkrama dengan para PJT . Jika saya menjadi enumerator, saya hanya akan kenal dekat dengan PJT Kabupaten tempat saya tinggal, tidak dengan yang lainnya. Jika saya menjadi enumerator, saya tidak akan sempat bercerita, bertukar pikiran dengan beberapa diantara PJT tersebut. Jika saya menjadi enumerator, saya tidak akan merasa begitu dilindungi seperti yang dilakukan oleh beberapa orang pjt terhadap saya baik itu perempuan ataupun pria. Berkenalan dengan mereka semua benar-benar hal yang menakjubkan bagi saya, pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Senyum merekah mengingat maksud indah Allah. Keikhlasan menerima ketetapannya dan barbaik sangka terhadapNya benar-benar telah saya rasakan dan dibuktikan. Bahagia, saya sangat bahagia.

Rabu, 10 April 2013

Dalam Diam


Rabb.....
Hati tidak bisa berbohong bahwa tiada hari tanpa mengaguminya. Setiap melewati rumahnya, selalu berharap sosok itu akan menampakkan diri dan memberi senyum yang teduh. Selalu berharap wajah yang memancarkan kebaikan dan ketulusan itu terlihat. Setiap kali melihatnya, hati selalu bergetar dan wajah tersipu malu. Dia, masih selalu menjadi sosok yang selalu saya kagumi.
                Saya tidak tahu sejak mulai kapan mengaguminya. Saya ingat, ketika saya masih di bangku SMA, saya merasa bahagia jika ada dia main bola kaki di tanah kosong sebelah rumah saya. Terkadang saya sengaja mengintip dari balik jendela rumah untuk melihat sosok itu bermain bola. Tapi dia hanya sesekali bermain bola di akhir pekan karena dia harus kuliah di kota. Setiap minggu melihatnya bermain bola di samping rumah itu sudah cukup.
Wajah tampan bukanlah ukuran saya mengaguminya. Jika saya lebih mementingkan ketampanan, banyak pria yang lebih tampan yang bermain bola kala itu. Saya mengaguminya karena dia sosok yang religius taat beragaama. Saya ingat ketika saya masih SMP, beberapa hari setelah lebaran, saya dan ibu beserta teman ibu saya mengunjungi rumahnya karena ayahandanya tercinta meninggal dunia secara mendadak. Banyak yang bilang terkena serangan jantung. Yang membuat saya terkagum saat itu, dia menjadi imam shalat jenazah untuk ayahnya.
Sebagai anak tunggal tidak menjadikannya anak yang manja. Karena kami bertetangga, terkadang saya bertemu dengannya di warung. Dia membeli bahan-bahan memasak. Langka sekali menemukan orang seperti dia. Semakin mengetahui kesehariannya, rasa kagum semakin menjadi. Ketika mendengar azan yang dikumandangkannya jikala gharin mesjid tidak ada, saya semakin mengagumi makhluk ciptaan Allah ini. Terkadang dia juga menjadi imam di mesjid. Saya sebagai perempuan yang lebih memilih shalat di dalam rumah, saya hanya bisa mendengar lantunan ayat suci yang dikumandangkannya lewat pengeras suara mesjid. Itu cukup bagi saya.
Saya pernah berinteraksi lebih intensif dengannya jika membahas masalah pemuda mesjid. Kebetulan ketika saya kuliah, dan dia baru tamat kuliah, dia diberi amanah untuk mengelola pemuda mesjid dan membina kader-kader selanjutnya. Saya kala itu aktif dalam program keputrian dan mengelola mading mesjid bersama tim lainnya termasuk dia sebagai ketua. Namun sayang kegiatan itu tidak berlanjut sampai sekarang karena para kader sibuk kuliah di kota dan jarang pulang ke kampung halaman, termasuk saya. Dan kedekatan kami yang sebatas tentang organisasi itupun terputus hingga sekarang.
Sekarang saya hanya bisa mengaguminya dalam diam. Selalu, dalam diam.

Senin, 08 April 2013

Bolehkah melarikan diri???



Setiap helaan nafas terasa berat setelah mendapati diri harus melewati ujian hati lagi dari Nya. Ternyata kedewasaan ini masih perlu ujian lagi dariNya. Setelah beberapa saat mendapat ketenangan, saatnya sekarang kembali merasakan zona ketidaknyamanan hati.
Ingin sekali melarikan diri dari tempat ini. Ingin sekali sejenak lupa tentang kegagalan yang mungkin sebenarnya merupakan bagian indah dari rencana indahNya. Berbaik sangka. Saya selalu mencoba berbaik sangka dan mencoba mengikhlaskannya. Tapi tetap saja dunia ini terasa kejam dan tidak adil.
                Masih lekat di ingatan bagaimana perjuangan beberapa hari lalu. Optimis mendapatkan apa yang akan saya capai, namun ternyata hasilnya berkata lain. Kenapa mereka harus  melakukan ketidakadilan tehadap saya? Kenapa saya harus dikecewakan seperti ini? Apa ini bagian dari proses pendewasaan saya untuk kedepannya? Saya berharap saya segera mendapat jawaban dari semua ini. Dan saya selalu yakin ini bagian indah dari rencana Allah, hanya saja saya tetap ingin melarikan diri dari tempat ini sejenak. Saya tidak ingin diingatkan tentang kegagalan dan kekecewaan ini. Bukankah hal yang wajar jika saya merasa sedih jika merasa jatuh. Yang terpenting kita tahu bagaimana cara bangkit kembali. Semoga saya secepatnya mendapat jawaban dari rencana indahNya. Aamiin.

Minggu, 27 Januari 2013

Mom

Number one for me

I was a foolish little child
Crazy things I used to do
And all the pain I put you through
Mama now I'm here for you
For all the times I made you cry
The days I told you lies
Now it's time for you to rise
For all the things you sacrificed

Oh, if I could turn back time rewind
If I could make it undone
I swear that I would I would make it up to you
Mum I'm all grown up now
It's a brand new day
I'd like to put a smile on your face every day
Mum I'm all grown up now
And it's not too late
I'd like to put a smile on your face every day

Oh, oh, number one for me
There's no one in this world that can take your place
Oh, I'm sorry for ever taking you for granted,
Ooh I will use every chance
I get to make you smile, whenever I'm around you
Now I will try to love you like you love me
Only God knows how much you mean to me


Tiada pembahasan untuk lagu Maher Zain ini, cukup satu kalimat " i love this song so much" :) dan lagu ini setia menjadi playlist semenjak akhir tahun kemarin hingga sekarang.

Sabtu, 26 Januari 2013

Datang dan Pergi


Kita tak pernah tahu siapa yang akan datang dan pergi dalam kehidupan kita, siapa yang tidak sengaja akan kita temui esok hari. Sosok itu datang dan pergi dalam kehidupan saya. Dia kembali hadir disaat saya membutuhkan teman untuk berbagi. Datang untuk menghapus duka dan memekarkan hati saya kembali. Menghibur saya dengan candaannya. Menemani saya ditelefon di kala saya kesepian di kos. Menyemangati saya ketika saya mulai jenuh dengan skripsi. Membuat saya bermimpi kembali. Tidak pernah saya  bayangkan sosok yang dulu tidak pernah saya pertimbangkan kembali hadir disaat saya membutuhkannya. Sosok yang saya kenal bertahun-tahun yang lalu kembali hadir di saat yang tepat
 Sekarang, segalanya sudah mulai membaik. Saya sudah tidak lagi sendiri di kos, tidak lagi stress dengan skripsi, dan yang paling penting tidak lagi galau karena hal bodoh. Perlahan dia membiarkan saya kuat berdiri sendiri lagi. Perlahan kembali berlalu dan mengamati saya dari jauh . Saya tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikannya, yang saya tahu dia adalah seseorang yang pernah dikirimkan sang Maha Cinta untuk membuat saya merasa bahagia. Hanya doa-doa terbaik  yang bisa saya kirimkan untuk kebaikannya di sana. Terima kasih wahai Pria Sholeh, semoga kita bertemu kembali J

Kamis, 24 Januari 2013

Kalimat Empati


Aneh rasanya ketika menulis tentang kesedihan orang lain disini. Sebenarnya ini bukan berfokus pada kesedihan orang tersebut, namun caranya menghadapi kesedihan itu. Setiap manusia ternyata memiliki cara masing-masing untuk mengatasi kesedihannya dan punya cara tersendiri untuk membentengi dirinya dari kesedihan berikutnya.
                Bulan Februari seharusnya menjadi bulan yang paling saya tunggu dengan sahabat saya  karena rencananya kami akan wisuda bersama. Memakai baju hitam ‘kebesaran’ dan  toga. Pupus. Wisuda bersama di bulan Februari itu pupus ketika dia tidak lulus dalam ujian komprehensif. Sangat kecewa pastinya karena kami telah merencanakan hari bahagia itu. Tapi bukan itu poinnya. Bukan kekecewaan gagal wisuda bersama, tapi tentang kegagalan sahabat saya itu.
                Dua hari sebelum dia ujian komprehensif saya sempat mengunjunginya di kos untuk mengambil sesuatu yang tertinggal di kosnya ketika saya menginap disana. Wajahnya yang biasa mulus mendadak berjerawat,padahal saya hanya tidak bertemu dengannya 4 hari saja . Malam itu dia mengatakan kalau dia tidak lulus, dia menyuruh saya menemaninya dan mengajaknya main seharian dan sayapun menyanggupinya. Ketika hari H pun tiba, saya menyemangatinya dan saya menunggu kabar baik darinya. Hari sudah beranjak sore namun saya belum mendapat kabar apapun darinya. Akhirnya saya beranikan mengirim pesan singkat menanyakan hasil ujiannya dan tidak mendapat jawaban apapun. Sore pun mulai berangsur berlalu, saya akhirnya memutuskan untuk menelfonnya dan saya mendapat kabar buruk, dia tidak lulus.
                Senja itu, orangtuanya datang ke tempatnya dan menjemputnya untuk pulang ke kampung halaman kami. Saya ditawari untuk ikut pulang dan saya pun ikut dengan mereka. Disepanjang perjalanan saya, papa dan mamanya hanya mendengar dia  mengeluarkan isi hatinya tentang ujian tersebut. Kami tidak berani membahas kerena takut dia makin kecewa. Ada yang unik dari sikap sahabat saya ini, dan justru membuat saya bertanya-tanya dalam hati. Dia tidak mau menerima kalimat empati dari siapapun. Sikap dia yang tidak biasa ini membuat saya takjub denganya. Mungkin dia hanya tidak ingin diingatkan lagi dengan kegagalannya itu jika menerima banyak kalimat empati dari orang lain.
                Sikap dia dan saya sangat bertentangan karena jika saya di posisi dia, saya akan  menghargai dan menerima kalimat empati dari siapapun walau dengan kalimat tersebut tidak akan mengubah apa yang telah terjadi tapi hal itu bukti masih ada yang peduli dengan kita, terlepas itu tulus ataupun tidak. Masalah ketulusan orang lain tentang memberikan kita semangat atau tidak, itu tidaklah penting karena jika mereka hanya berpura-pura,ya siap- siap saja mereka mendapatkan hal yang sama dari orang lain. Yang perlu kita lakukan hanyalah berpikiran positif terhadap orang lain dan menghargai bentuk kepedulian mereka.
                Sekarang yang bisa saya lakukan sebagai sahabatnya hanyalah berusaha mengiburnya dengan mengajak bermain seperti biasanya tanpa sedikitpun membahas lagi tentang kegagalan tersebut. Saya yakin suatu hari nanti sahabat saya akan memberikan saya kabar bahagia yaitu keberhasilan ujian komprehensif selanjutnya.
                Dear Ruby, semoga tahun ini rencana perjalanan liburan kita ke Jakarta hingga Jogja dapat terealisasi J