Assalammualaikum...

Sadness, Happiness, and Love

Rabu, 10 April 2013

Dalam Diam


Rabb.....
Hati tidak bisa berbohong bahwa tiada hari tanpa mengaguminya. Setiap melewati rumahnya, selalu berharap sosok itu akan menampakkan diri dan memberi senyum yang teduh. Selalu berharap wajah yang memancarkan kebaikan dan ketulusan itu terlihat. Setiap kali melihatnya, hati selalu bergetar dan wajah tersipu malu. Dia, masih selalu menjadi sosok yang selalu saya kagumi.
                Saya tidak tahu sejak mulai kapan mengaguminya. Saya ingat, ketika saya masih di bangku SMA, saya merasa bahagia jika ada dia main bola kaki di tanah kosong sebelah rumah saya. Terkadang saya sengaja mengintip dari balik jendela rumah untuk melihat sosok itu bermain bola. Tapi dia hanya sesekali bermain bola di akhir pekan karena dia harus kuliah di kota. Setiap minggu melihatnya bermain bola di samping rumah itu sudah cukup.
Wajah tampan bukanlah ukuran saya mengaguminya. Jika saya lebih mementingkan ketampanan, banyak pria yang lebih tampan yang bermain bola kala itu. Saya mengaguminya karena dia sosok yang religius taat beragaama. Saya ingat ketika saya masih SMP, beberapa hari setelah lebaran, saya dan ibu beserta teman ibu saya mengunjungi rumahnya karena ayahandanya tercinta meninggal dunia secara mendadak. Banyak yang bilang terkena serangan jantung. Yang membuat saya terkagum saat itu, dia menjadi imam shalat jenazah untuk ayahnya.
Sebagai anak tunggal tidak menjadikannya anak yang manja. Karena kami bertetangga, terkadang saya bertemu dengannya di warung. Dia membeli bahan-bahan memasak. Langka sekali menemukan orang seperti dia. Semakin mengetahui kesehariannya, rasa kagum semakin menjadi. Ketika mendengar azan yang dikumandangkannya jikala gharin mesjid tidak ada, saya semakin mengagumi makhluk ciptaan Allah ini. Terkadang dia juga menjadi imam di mesjid. Saya sebagai perempuan yang lebih memilih shalat di dalam rumah, saya hanya bisa mendengar lantunan ayat suci yang dikumandangkannya lewat pengeras suara mesjid. Itu cukup bagi saya.
Saya pernah berinteraksi lebih intensif dengannya jika membahas masalah pemuda mesjid. Kebetulan ketika saya kuliah, dan dia baru tamat kuliah, dia diberi amanah untuk mengelola pemuda mesjid dan membina kader-kader selanjutnya. Saya kala itu aktif dalam program keputrian dan mengelola mading mesjid bersama tim lainnya termasuk dia sebagai ketua. Namun sayang kegiatan itu tidak berlanjut sampai sekarang karena para kader sibuk kuliah di kota dan jarang pulang ke kampung halaman, termasuk saya. Dan kedekatan kami yang sebatas tentang organisasi itupun terputus hingga sekarang.
Sekarang saya hanya bisa mengaguminya dalam diam. Selalu, dalam diam.

Senin, 08 April 2013

Bolehkah melarikan diri???



Setiap helaan nafas terasa berat setelah mendapati diri harus melewati ujian hati lagi dari Nya. Ternyata kedewasaan ini masih perlu ujian lagi dariNya. Setelah beberapa saat mendapat ketenangan, saatnya sekarang kembali merasakan zona ketidaknyamanan hati.
Ingin sekali melarikan diri dari tempat ini. Ingin sekali sejenak lupa tentang kegagalan yang mungkin sebenarnya merupakan bagian indah dari rencana indahNya. Berbaik sangka. Saya selalu mencoba berbaik sangka dan mencoba mengikhlaskannya. Tapi tetap saja dunia ini terasa kejam dan tidak adil.
                Masih lekat di ingatan bagaimana perjuangan beberapa hari lalu. Optimis mendapatkan apa yang akan saya capai, namun ternyata hasilnya berkata lain. Kenapa mereka harus  melakukan ketidakadilan tehadap saya? Kenapa saya harus dikecewakan seperti ini? Apa ini bagian dari proses pendewasaan saya untuk kedepannya? Saya berharap saya segera mendapat jawaban dari semua ini. Dan saya selalu yakin ini bagian indah dari rencana Allah, hanya saja saya tetap ingin melarikan diri dari tempat ini sejenak. Saya tidak ingin diingatkan tentang kegagalan dan kekecewaan ini. Bukankah hal yang wajar jika saya merasa sedih jika merasa jatuh. Yang terpenting kita tahu bagaimana cara bangkit kembali. Semoga saya secepatnya mendapat jawaban dari rencana indahNya. Aamiin.